Cari Blog Ini

Rabu, 17 November 2010

Kampus MAN Bontoharu Perkuat Tim Safari Ramadhan


Dalam upaya mencetak lahirnya bibit-bibit Muballiq terlatih dan profesional di lokalan Kabupaten Selayar, sudah sejak lima tahun terakhir Kampus Madrasah Aliyah Negeri Bontoharu menurunkan personil tim safari Ramadhan yang berasal dari kalangan siswa dan dua puluh empat orang tim pendamping dari jajaran dewan guru.
Tim Safari Ramadhan tahun ini di sebar secara merata untuk mengisi ceramah tarwih dan Kultum Subuh di 60 Mesjid pada lima titik Kecamatan daratan Kabupaten Selayar. Sebelum diterjunkan sebagai personil tim Safari Ramadhan tim yang terdiri dari 44 orang siswa ini terlebih dahulu di berikan pengarahan oleh Kepala MAN Bontoharu di lanjutkan dengan pembekalan materi Metodologi Dakwah, Adab-Adab Berdakwah dan Praktekum Muhkhadarah.
Kegiatan pembekalan yang berlangsung selama tiga hari ini menampilkan tiga orang Instruktur, masing-masing, Kepala MAN Bontoharu, Firman, SAg, Wakamad Kesiswaan, Sofanul Hidayatullah, dan Drs. Ibrahim. Kegaiatan berlangsung dari (25 s/d 30/8).

Takabonerate Island Expedition Perparah Kondisi Kemiskinan Rakyat Selayar


Meski sebelumnya, Komandan Lantamal VI Laksamana Pertama Bambang Wahyudin dengan tegas telah mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi Taman Laut Nasional Takabonerate yang terumbu karangnya dinilai telah banyak mengalami kerusakan.
Akan tetapi, event serupa tetap dilaksanakan pada tahun 2010 ini di tengah kondisi carut marut APBD Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel yang mengalami defisit dan memicu terjadinya peningkatan angka kemiskinan rakyat kecil di daratan Bumi Tanadoang.
Sementara, data terakhir Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar menyebutkan, “Dari 199 ribu penduduk di daerah itu, 80 persen atau 150 ribu diantaranya, hingga kini masih terus hidup di bawah garis kemiskinan’. Hal tersebut diperkuat dengan fakta hasil penelusuran tim Media Contrend Indonesia ke salah satu perkampungan nelayan tradisional di daerah berpredikat kabupaten kepulauan ini.
Lokasi, tempat berdirinya sederetan rumah warga yang terkesan kumuh, semrawut, dan sama sekali tidak pernah mendapat sentuhan perhatian maupun langkah penataan dari instansi berkompoten. Ironisnya, Drs. H. Syahrir Wahab, MM selaku orang yang seharusnya paling bertanggung jawab dalam permasalahan ini malah sebaliknya, terkesan menyalahkan pemerintah pusat yang kurang memberi perhatian terhadap kelancaran roda pembangunan di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Salah satu indikator paling mencolok kata Syahrir adalah, terjadinya perbedaan harga bahan bakar minyak / BBM yang disebabkan oleh tidak adanya subsidi dalam bentuk distribusi BBM ke Kabupaten Kepulauan Selayar. Hal inilah yang kemudian mengilhami pencanangan kegiatan Takabonerate Island Expedition. Dengan sepenggal asa, “saban hari, potensi sumber daya laut Kabupaten Kepulauan Selayar akan mampu menarik dan menyerap perhatian investor dari luar daerah. Baik, pada tingkat nasional maupun investor asing.
Namun sayang sekali, harapan orang nomor satu Bumi Tanadoang ini, seakan tinggal sekedar isapan jempol belaka dengan masih sangat rendahnya pemahaman dan kepeduliaan masyarakat setempat menyangkut kelangsungan hidup biota laut di sekitar kawasan.
Belum lagi hal tersebut harus semakin diperparah oleh pemberitaan terkait insident kelaparan yang menimpa ratusan peserta Takabonerate Island Expedition tahun 2009 lalu di atas KRI Makassar, sebagaimana dilangsir oleh salah satu media online regional Sulsel.
Dimana, pada saat bersamaan Panitia dituding tidak dapat menyediakan konsumsi standar sesuai dengan bentuk promosi yang mereka publikasikan.

Tari Pakarena

Tari PAKARENA GANTARANG



Tari "Pakarena Gantarang", merupakan tarian khas Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Tarian ini berasal dari sebuah perkampungan unik bernama Gantarang Lalang Bata, dimana dapat ditemukan Mesjid tua yang dibangun pada tahun 1605.Tidak diketahui pasti, kapan Tari "Pakarena Gantarang" ini diciptakan. Yang disimpulkan saat ini, adalah, tarian ini pertama kali ditampilkan pada awal abad ke 17, dimana kehadirannya dikaitkan dengan kemunculan Tumanurung. Tumanurung dipercaya merupakan bidadari yang turun dari langit untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia di bumi. Petunjuk dengan simbol-simbol berupa gerakan kemudian dikenal sebagai Tari "Pakarena Gantarang". Kisah ini kembali ke zaman sebelum Islam masuk ke Kabupaten Selayar.Tari "Pakarena Gantarang" mulai populer di Gantarang pada tahun 1603, ketika ditampilkan pada saat penobatan Raja Pangali Patta Raja. Penari Tari Pakarena Gantarang terdiri dari wanita yang umumnya 4 orang. Gerakannya menyiratkan simbol dengan nilai artistik tinggi, yang antara lain mengungkapkan undangan / panggilan, serta penolakan atau penerimaan Raja terhadap aspirasi rakyatnya.Alat musik pengiring dari Tari Pakarena Gantarang adalah, gendang, kannong-kannong, gong, kancing dan pui-pui. Sedangkan kostum dari penarinya adalah, baju pahang (tenunan tangan), lipa' sa'be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-perhiasan khas Kabupaten Selayar.